Renungan Katolik “Bahasa Kasih” ‎
Rabu, 28 September 2016

Ayb 9:1-12,14-16
Mzm 88:10-15
Luk 9:57-62‎

AS SOON AS POSSIBLE

Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah. – Luk 9:62

‎Pada awal tahun 2000-an, teologi kemakmuran menjadi tren kotbah di banyak aliran kristen lainnya. Tema yang digulirkan adalah bahwa dengan menjadi kristen kita menjadi ahli waris Surga, dan kita bisa memiliki warisan tersebut di dunia saat ini juga; atau karena kita kristen maka kita diberkati, dan berkat identik dengan kekayaan. Setelah kita memiliki harta dan kuasa, maka kita bisa menjadi efektif dalam mewartakan Injil.

‎Saya tidak bermaksud mengkritik pandangan tersebut, saya berpendapat bahwa mengikuti Kristus tidak berarti saya harus menjadi miskin, demikian juga sebaliknya. Tetapi menurut saya, mengikuti Kristus berarti tidak ada sesuatu hal yang menghalangi saya untuk mengikuti Dia. Selalu ada cara bagi kita untuk mengikuti Tuhan, baik dengan kekayaan maupun di dalam kemiskinan duniawi kita. Cara kita mengabdi kepada Tuhan adalah panggilan Tuhan bagi setiap kita menurut kehendak-Nya, bukan berdasarkan apa yang saya ingin lakukan pada Tuhan, tetapi apa yang Tuhan mau saya lakukan bagi-Nya.

‎Bacaan Injil sangat jelas menunjukkan hal ini. Ada orang yang dipanggil Tuhan, sepertinya tidak bersemangat dan mengulur waktu untuk mengikuti-Nya. Ketika ada orang yang bersemangat mau mengikuti-Nya, malahan Tuhan seolah mau menjatuhkan semangatnya. Ini tidak berarti bahwa kita harus diam saja menunggu sampai Tuhan menyatakan panggilan-Nya, melainkan agar kita memahami bahwa Tuhanlah yang menentukan panggilan kita. Tuhanlah yang memampukan kita, sehingga kita bisa memiliki kerendahan hati dalam melakukan pelayanan kita. (Pt)

Hal apa yang membuat saya menunda sesuatu yang Tuhan minta saya lakukan?‎

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *