Dari begitu banyak topik yang mungkin membuat perdebatan antara Katolik dan teman-teman Kristen Protestan kita adalah tentang adanya Api Penyucian. Sebagai orang Katolik, kita percaya bahwa selain surga dan neraka yang adalah tempat peristirahatan kita yang terakhir ada lagi Api Penyucian, yaitu tempat transisi bagi mereka yang belum layak untuk langsung masuk surga. Namun teman-teman Protestan kita tidak mempercayai adanya Api Penyucian maka itu hanya ada dua tempat saja yaitu Surga dan neraka. Alasan mereka yang paling sering diucapkan adalah: Apakah ada kata Api Penyucian di dalam Kitab Suci? Sebenarnya kalau dipikir-pikir dari segi kenyamanan justru lebih enak kepercayaan teman Protestan kita ini karena hanya antara Surga dan Neraka, dan merekapun hanya mempercayai sola fide yaitu faith alone. Intinya asal kita percaya sama Tuhan Yesus maka kita pasti akan terselamatkan dan pastinya masuk Surga. Namun kita ketahui tidak segampang itu.

Luk 13:24 – “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.”

Artikel ini bertujuan untuk mengupas lebih dalam lagi akan biblical prove of Purgatory dan dengan itu kita sebagai orang Katolik dapat belajar tentang Api Penyucian lagi jika suatu saat kita diminta penjelasan akan itu. Mari kita mulai dari arti Api Penyucian ini dari Katekismus Gereja Katolik.

Siapa yang mati dalam rahmat dan dalam persahabatan dengan Allah, namun belum disucikan sepenuhnya, memang sudah pasti akan keselamatan abadinya, tetapi ia masih harus menjalankan satu penyucian untuk memperoleh kekudusan yang perlu, supaya dapat masuk ke dalam kegembiraan surga. (1030) Sepertinya sangat jelas di sini bahwa untuk kita dapat masuk ke dalam Surga, kita harus dalam kondisi yang suci karena dalam Alkitab pun ditulis: “Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu.” (Wahyu 21:27)

Siapa yang dari kita berani menjamin bahwa saat kita meninggal, kita pasti dalam kondisi suci? Hampir semua orang saya percaya setuju bahwa kita membutuhkan suatu penyucian sebelum kita masuk ke dalam Kerajaan Surga a.k.a akan sangat sulit untuk kita dapat meninggal dalam kondisi 100% suci. Namun tentu argument ini tidaklah cukup bagi teman Protestan kita karena sekali lagi tidak tertulis kata Api Penyucian dalam Kitab Suci.

Berikut adalah beberapa ayat-ayat dari Kitab Suci yang dapat kita pakai sebagai panduan kita akan Api Penyucian:

  1. 2 Makabe 12:39-46. Yudas Makabe dan anak buahnya hendak menguburkan jenazah pasukan yang gugur di pertempuran, mereka menemukan adanya jimat dan berhala kota Yamnia pada tiap jenazah itu. Maka Yudas mengumpulkan uang untuk dikirimkan ke Yerusalem, untuk mempersembahkan korban penghapus dosa. Perbuatan ini dipuji sebagai “perbuatan yang sangat baik dan tepat, oleh karena Yudas memikirkan kebangkitan” (ay. 43); sebab perbuatan ini didasari oleh pengharapan akan kebangkitan orang-orang mati. …Korban penebus salah ini ditujukan agar mereka yang sudah mati itu dilepaskan dari dosa mereka… (ay. 45) (katolisitas.org). Nah, walaupun teman-teman Protestan kita tidak mengakui adanya kitab ini, ini tidak menutupi sejarah kitab tersebut.
  2. Matius 5:24-25. Dari perikop ini, kata penjara adalah suatu perumpaan di mana kita akan ditempatkan pada tempat sementara sampai kita membayar “hutang-hutang” kita. Saat kita berada dalam Api Penyucian, dosa-dosa kita akan dibakar agar kita worthy untuk dapat masuk kedalam Kerajaan Surga. Dan tentu kita tidak akan keluar dari sana sampai semua dosa-dosa kita dibakar habis. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas (ay. 26). “Tunggu dulu!”, mungkin kata teman Protestan kita, ini kan Yesus cuman berbicara saat kita di bumi ini dengan orang-orang di sekitar kita. Ini dia yang sering juga membuat teman-teman Protestan kita juga terpecah-pecah jadi banyak denominasi. Karena setiap dari mereka mempunyai interpetasi mereka masing-masing. Kita sebagai orang Katolik harus membaca ayat-ayat Kitab Suci secara keseluruhan bukan hanya per bab. Kalau kita lihat secara keseluruhan, ayat di atas itu berada dalam tengah-tengah perikop terkenal “Kotbah di Bukit” di mana dikatakan tentang Surga (ay. 20), neraka (ay. 29-30), dosa berat dan ringan (ay. 22, 19) dan paling utama adalah Kerajaan Surga (ay. 3-12). Maka dengan ini kita dapat melihat bahwa ayat 24-25 ini berbicara akan akhirat bukan kehidupan sekarang ini.
  3. 1 Korintus 3:11-15. “Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.” Api di sini bukanlah api neraka karena tidak ada yang bisa terselamatkan dari api neraka. Pada akhirnya pekerjaan-pekerjaan kita selama kita hidup di dunia ini akan diuji kemurniannya di dalam api.
  4. Matius 12:32. “… tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak.” Di sini jelas Yesus mengajarkan bahwa ada dosa-dosa yang dapat diampuni pada kehidupan mendatang. Dan kehidupan mendatang itu tidak mungkin neraka karena tidak ada dosa yang dapat diampuni disana sedangkan di Surga tidak ada dosa yang perlu diampuni lagi.

Nah setelah kita melihat keempat biblical evidence tentang Api Penyucian, mungkin masih ada yang bertanya akan ketidakberadaan kata Api Penyucian itu tersebut namun dengan jelas konteks yang dapat kita lihat dari ayat-ayat Kitab Suci tersebut mengarah keberadaan tempat Api Penyucian. Maka itu sebagai orang Katolik, justru kita harus bersyukur bahwa ada Api Penyucian tersebut karena bisa dibilang kita diberi kesempatan untuk memurnikan diri kita agar dapat masuk ke Kerajaan Surga. Sekali lagi, kita adalah manusia berdosa yang dapat terus jatuh dalam dosa. Tidak ada yang dapat menjamin bahwa saat kita meninggal nanti karena hanya yang 100% suci saja dapat masuk ke dalam Kerajaan Surga. Karena jika ukurannya hanya Surga dan neraka maka banyaklah orang yang masuk ke dalam neraka walaupun mungkin mereka sudah 90% suci. “Tempat sementara” inilah yang patut kita syukuri. (DL)

References:
www.catholic.com
www.katolisitas.org

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *