Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Rabu, 10 November 2021

St.Leo Agung
Keb 6:1-11
Mzm 82:3-4,6-7
Luk 17:11-19

BELAJAR BERTERIMA KASIH

Lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya – Luk 17:16 
Mungkin banyak dari kita yang sulit sekali merasa bersyukur. Termasuk saya, yang dibesarkan di lingkungan dengan budaya yang memiliki “keengganan” untuk mengucapkan terima kasih. Dalam lingkungan keluarga kami, melakukan suatu perbuatan baik atau memberikan bantuan adalah suatu kewajiban yang harus dilakukan walaupun tidak ada penghargaan dengan ucapan terima kasih sekalipun. Lalu budaya tersebut terbawa sampai dewasa. Kami bersaudara sering sekali saling menuntut dan tanpa mengucapkan terima kasih, walaupun telah dibantu.

Menyadari ada sesuatu yang tidak beres dengan kebiasaan tersebut, kami pun mulai membenahi dan belajar mengubah kebiasaan lama tersebut. Kami mulai mengajari anak-anak kami untuk berterima kasih kepada siapapun atas apapun yang diterimanya baik pemberian atau bantuan sekecil apapun dan dari siapaun itu tanpa melihat jabatan atau kedudukan seseorang. 
Rasa menghormati dan menghargai orang lain, siapapun orangnya yang kita temui, baik itu ART, supir, tukang sapu jalanan, para team oranye, tukang sampah, selalu kami ajarkan anak-anak kami untuk berterima kasih kepada mereka yang telah menjalankan tugasnya sekalipun jasanya telah dibayar.

Dan ternyata setelah melakukan hal itu, ada energi baik yang berbalik kepada kita. Semua orang  menjadi ramah kepada kami. Dan mereka pun yang bekerja dengan kami merasa senang dan lebih betah bekerja dengan kami.
Beberapa teman ada yang bertanya, “kok ART kamu bisa bekerja lama bertahun-tahun di rumahmu?” Mungkin saja salah satu jawabannya adalah karena keluarga kami sudah mulai belajar berterima kasih. (Dw)  

Apakah saya mau belajar berterima kasih kepada siapapun, termasuk ”orang-orang kecil” sekalipun?

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *