Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Rabu, 23 Desember 2015

Mal 3:1-4; 4:5-6
Mzm 25:4bc-5ab,8-10,14
Luk 1:57-66

KETAATAN MENDATANGKAN KESEMBUHAN

Namanya adalah Yohanes. – Luk 1:63

Kanker, cacat, mandul, dan berbagai situasi yang masih bisa disebut, dapat menjadi “hukuman mati” bagi kita. Saat kita mendengar kata-kata di atas, tanpa sadar kita sudah turun ke dalam liang kubur kita sendiri dan berkubang di sana. Dinding-dinding kubur seakan sudah merupakan blok dan pembatas antara kita dengan berbagai harapan yang ada, bahkan sekalipun itu adalah harapan yang diberikan oleh Bapa di surga.

Zakaria pun begitu. Vonis mandul bagi Elisabet adalah kematian baginya untuk memiliki keturunan. Bahkan, saat Malaikat Tuhan menyatakan harapan baginya untuk memiliki keturunan, ia tetap tidak percaya. Sebagai sanksi atas ketidakpercayaannya, Zakaria menjadi bisu.

Banyak orang selalu meminta tanda. Firman Tuhan tidak cukup baginya. Mereka mencari-cari peneguhan atas janji tersebut, namun tidak pernah menemukannya. Malah mereka lebih terpuruk jauh ke dalam ketidakpercayaan.

Namun Zakaria melakukan perubahan. Ia memilih untuk percaya. Dan saat ia percaya dan mengakuinya melalui tindakannya, maka saat itu juga, ia dapat berbicara kembali.

Firman Tuhan adalah “ya dan amin”. Tuhan tidak perlu apapun lagi untuk menyatakan kebenaran firman-Nya. Jika demikian, kita butuh apa lagi selain tinggal percaya dan menerima janji Tuhan dalam hidup kita? (Al)

Pernahkah saya meminta tanda? Mengapa saya meminta tanda?

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *