Holiness Series: Double Standards

What does ‘Standard’ mean?
A level of quality or attainment (noun); Used or accepted as normal or average.

Dalam perjanjian lama, Allah secara jelas dalam 5 kitab pertama menggambarkan hukum-hukum yang harus dilakukan oleh bangsa Israel dalam mengikuti Tuhan, yang di rangkum dengan 10 perintah Allah.

Bangsa Israel dituntut oleh Allah untuk hidup kudus, dan upah dosa adalah maut. Tuhan mempunyai standard dalam kekudusan. Sebagai orang rohani kita sudah banyak belajar dari gereja, persekutuan doa, buku bahkan khotbah-khotbah yang kita dengar melalui banyak media, dan maka itu kita akan sama sama belajar mengenai godaan-godaan untuk kita meraih hidup kudus. Banyak orang menganggap bahwa kekudusan banyak berhubungan dengan kekudusan seksual tapi kalau kita mau sadari itu hanyalah sebagian kecil bagian dari kekudusan.

Why do we need to pursue holiness?

  1. So we can see God (Heb 12:14)
  2. We are a holy nation (Ex 19:16, 1Ptr 2:9)
  3. God is Holy, He expects us to be Holy (Lev 19:2, 1 Pet 1:16)

Hal yang paling mendasar dari kekudusan adalah mengejar kekudusan itu sendiri dalam semua bidang, karena tanpa kekudusan seorang pun tidak dapat melihat Allah (Ibr 12:14). Kekudusan meliputi:

  1. Mata (Mat 6:22-23)
  2. Mulut (Mat 15:18)
  3. Telinga
  4. Hati (Ams 4:23)

What does double standard mean?
A rule or principle, which is unfairly applied in different ways to different people or groups.

Double standard bukan hanya mengancam orang-orang yang sudah lama hidup dalam Tuhan/pelayanan tapi juga orang-orang yang baru. Tidak mengenal gender maupun status baik sudah menikah maupun masih single. Contoh perbedaan standard yang paling simple adalah standard kebersihan setiap orang yang berbeda-beda.

Faktor apa yang membuat kita bisa memiliki double standard?

  • Sombong rohani seperti orang Farisi (Yoh 8:1-11)
  • Merasa Tuhan pasti selalu mengampuni (Ibr 10:26)

Biarlah Roh Kudus yang menegur kita untuk bertobat setiap kali kita hidup dengan double standard, selalu apply standard kita kepada orang lain namun kita sendiri enggan melakukannya.

What do we do next?

  1. Repent through our daily prayer and sacrament of reconciliation
  2. Committed on fulfilling God’s standard
  3. Enjoying the favor of God (Heb 10:36-39)

Let us all pursue to be Holy as we are called to be.

(Michael Endang, summarised by David Lukito)

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *